Kamis, 23 Juni 2016

Kekerasan Anak di Sekolah yang Merajalela




Kekerasan Anak di Sekolah yang Merajalela
Oleh: Deno Triguna
Universitas Sriwijaya

Sekolah merupakan salah satu institusi di luar keluarga yang sangat berperan dalam mendidik, melindungi dan membentuk karakter anak. Pada kenyataannya yang  terjadi sekarang dan sering diberitakan di media massa banyak kasus kekerasan yang terjadi terhadap anak di sekolah. Contohnya saja kasus yang baru saja diberitakan oleh media massa bahwa seorang guru dipenjara akibat mencubit dan memukuli siswanya. Pada esai ini dibahas mengenai faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya kekerasan terhadap anak di sekolah dan upaya untuk mencegah terjadinya kekerasan di sekolah.
Guru merupakan orang tua kedua bagi siswa, dimana tugas seorang guru adalah untuk mendidik dan membimbing siswa agar siswa tersebut dapat menjadi insan yang bermanfaat dimasa yang akan datang. Tidak lepas dari itu seorang guru memang dituntut untuk menjadi  panutan atau tauladan terhadap siswanya. Menjadi seorang guru harus memiliki kesabaran yang sangat tinggi agar tidak terjadi kekerasan terhadap siswanya. Akan tetapi, banyak sekali guru yang tidak dapat menahan emosinya sehingga dapat menyebabkan terjadinya kekerasan. Terjadinya kekerasan di sekolah bukan semata-mata hanya dilakukan oleh guru, tetapi juga dilakukan oleh pihak lain. Amerika Serikat, Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) mendefinisikan penganiayaan anak sebagai setiap tindakan atau serangkaian tindakan wali atau kelalaian oleh orang tua atau pengasuh lainnya yang dihasilkan dapat membahayakan, atau berpotensi bahaya, atau memberikan ancaman yang berbahaya kepada anak. Semua tindakan kekerasan yang terjadi disekolah disebabkan oleh beberapa faktor. Menurut saya, ada empat faktor yang mengklasifikasikan menyebabkan terjadinya kekerasan di sekolah.
Pertama, dari seorang guru. Kurangnya pengetahuan dari guru bahwa kekerasan baik fisik maupun psikis tidak efektif untuk memotivasi  atau merubah prilaku siswa tersebut. Tidak mengherankan lagi bahwa banyak guru yang kurang paham bagaimana cara mendidik anak dengan baik dan benar sehingga menurut mereka kekerasan adalah jalan terakhir untuk merubah prilaku siswanya.
Lalu, persepsi yang salah dalam menilai siswa. Guru tidak seharusnya berprasangka buruk dengan siswa, karena  seorang guru harus dapat menerima berbagai macam prilaku yang ada pada siswa. Untuk itu ketika seseorang telah menjadi guru mereka dituntut untuk dapat menerima berbagai macam sifat dan prilaku yang terdapat pada siswa dan salah satu tugas guru untuk merubah sifat atau prilaku yang salah yang terdapat pada anak didiknya.
Selanjutnya, masalah psikologis yang menyebabkan hambatan dalam mengelola emosi dan adanya tekanan kerja atau target yang harus dipenuhi oleh guru. Ketika psikologi seseorang bermasalah maka akan berdampak terhadap pengelolaan emosi seseorang, dan pada saat dihadapkan oleh sesuatu hal yang kurang baik akan susah untuk mengontrol emosinya sehingga terjadinya kekerasan. Apalagi ketika seorang guru dihadapkan oleh tekanan-tekanan dalam pekerjaan atau tuntutan mereka untuk memenuhi target yang telah ditetapkan, mereka seakan-akan keluar dari jalur sebenarnya menjadi seorang guru. Karena tekanan tersebut membuat guru susah untuk mengontrol emosi mereka. Itulah sebabnya menjadi seorang guru harus mempunyai kesabaran yang ekstra.
            Kedua, dari siswa itu sendiri. Salah satu faktor yang mempengaruhi terjadinya kekerasan adalah dari sikap dan prilaku siswa tersebut. Contohnya, anak berusaha mencari perhatian dengan bertingkah yang memancing amarah, agresifitas dan seenaknya. Maksud dari melakukan hal tersebut dengan tujuan yakni mendapatkan perhatian. Tetapi, pada saat mereka ditegur atau dinasehati oleh gurunya mereka tidak mendengarkan, bahkan membuat mereka berprilaku yang lebih agresif lagi.  Prilaku tersebut dapat menyebabkan guru menjadi marah dan melakukan kekerasan terhadap siswa terebut.
            Ketiga, dari keluarga siswa. anak yang dididik dalam pola asuh yang memanjakan anak dengan memenuhi semua keinginan anak cenderung tumbuh dengan sifat yang arogan dan tidak bisa mengontrol emosinya. Jadi anak tersebut akan melakukan segara cara untuk memenuhi tujuannya atau apa yang ia inginkan, walaupun harus dengan kekerasan terhadap anak yang lain. Karena itu realitanya sekarang, banyak siswa yang menjadi korban kekerasan akibat dari pembullyan yang dilakukan oleh siswa lainya.
            Keempat, dari lingkungan sekolah. Lingkungan sekolah sangat berpengaruh besar terhadap prilaku siswa yang menyebabkan terjadinya tindak kekerasan. Seperti halnya yang dilakukan oleh senior terhadap juniornya di sekolah yaitu kasus pembulyan, dimana kasus tersebut terjadi secara turun temurun, sehingga sudah menjadi budaya bagi siswa-siswi senior di sekolah.
            Seperti yang telah dijelaskan diatas, kita tidak bisa hanya menyalahkan guru sebagai pelaku kekerasan, karena banyak faktor yang menyebabkan tejadinya kekerasan terhadap anak di sekolah. Lalu bagaimana pandangan kita dalam memberikan solusi atau upaya kita dalam mencegah terjadinya tindak kekerasan pada anak di lingkungan sekolah?
            Pada esai ini, saya menawarkan solusi atau cara untuk mencegah terjadinya kekerasan teradap anak di lingkungan sekolah. Beberapa upaya  dapat dilakukan oleh pihak terkait  dalam mencegah dan menanggulangi kekerasan anak disekolah.
            Pertama, bagi pihak sekolah dapat melakukan upaya-upaya sebagai berikut, (1) menerapkan pendidikan tanpa kekerasan di sekolah, (2) melakukan sosialisasi tentang ruginya kekerasan di sekolah, menurut Nasution (2004: 126) menyatakan bahwa sosialisasi adalah proses belajar yang mana dalam proses sosialisasi individu belajar tingkah laku, kebiasaan serta pola-pola kebudayaan lainya, juga keterampilan-keterampilan sosial seperti berbahasa, bergaul, berpakaian, cara makan dan sebagainya. (3)mengadakan pelatihan terhadap guru-guru tentang cara mendidik yang baik dan benar, (4)menegakkan kedisiplinan di sekolah, dan (5)meberikan sanksi yang sesuai jika melanggar peraturan sekolah.
            Kedua, bagi orang tua atau keluarga, dapat melakukan hal-hal sebagai brikut, (1)menanamkan pendidikan agama pada anak,  (2)jangan terlalu memanjakan dan melepaskan anaknya, (3)orang tua dapat memberikan masukan kepada anaknya agar memilih sekolah yang baik dan jauh dari kekerasan, (4)orang tua harus mengetahui perkembangan anaknya di sekolah, (5)bila anak melakukan kesalahan jangan menghukum anak dengan kekerasan, hukumlah dengan cara yang mendidik, dan (6)hindari tayangan televisi yang tidak mendidik, bahkan mengandung unsur kekerasan.
            Ketiga, bagi siswa yang mengalami kekerasan, siswa sebaiknya sharing pada orang tua atau guru atau orang yang dapat dipercaya mengenai kekerasan yang dialaminya sehingga siswa tersebut segera mendapatkan pertolongan untuk pemulihan kondisi fisik dan psikisnya.
            Ole karena itu, sangat penting bagi semua pihak yang terkait, baik guru, orang tua dan siswa untuk mengetahui dan memahami bahwa kekerasan bukanlah solusi yang tepat, namun semakin menimbulkan banyak masalah. Semoga pembahasan ini  bermanfaat dan dapat mengurangi terjadinya kekerasan pada anak di sekolah. Perlu diingat, bahwa untuk megatasi masalah ini dibutuhkan kerjasama yang baik dari semua pihak yang bersangkutan.

Senin, 23 Maret 2015

Mekanisme Ledakan Bom


Beberapa tahun lalu di berbagai media massa, baik elektronik maupun cetak, sering bermunculan kasus peledakan bom di Indonesia. Barangkali kita masih ingat dengan nama Imam Samudra atau Amrozi. Sosok yang namanya melejit pasca peledakan Bom Bali I dan II ini sempat menjadi momok yang menakutkan. Kasus peledakan bom sering kali dikaitkan pada kedua sosok ini.
Namun, tahukah kita bagaimana proses tejadinya ledakan bom ini? Mengapa bisa timbul ledakan?
Tulisan ini tidak bermaksud mengajarkan pembaca bagaimana membuat bom. Namun, bermaksud untuk menjelaskan secara umum bagaimana mekanisme sederhana ledakan bom itu bisa terjadi ditinjau secara kimia.
Dalam istilah kimia, reaksi peledakan ini dikenal dengan nama reaksi eksplosif. Reaksi eksplosif merupakan reaksi kimia yang berlangsung sangat cepat dan berlangsung dalam waktu sangat singkat. Reaksi eksplosif ini akan membebaskan sejumlah energi yang sangat besar. Dalam skala yang besar, reaksi ini mampu menghancurkan benda-benda yang berada dalam radius daya ledaknya. Reaksi inilah yang dalam kehidupan sehari-hari dikenal dengan ledakan bom.
Reaksi peledakan ini biasanya berlangsung dengan adanya katalis. Katalis inilah yang menyebabkan suatu reaksi kimia berlangsung dengan cepat. Katalis adalah suatu zat yang dapat meningkatkan kecepatan reaksi tanpa memodifikasi perubahan energi gibbs standar dari suatu reaksi (Admin Alif, 2005).
Platina merupakan salah satu contoh katalis yang digunakan untuk mempercepat terjadinya reaksi antara hidrogen dan oksigen dalam fasa gas. Dari reaksi ini dapat menyebabkan ledakan.
Dari beberapa literatur, diketahui bahwa katalis dapat menghasilkan atom hidrogen dari molekul hidrogen dan atom ini akan menyebabkan terjadinya reaksi rantai yang sangat cepat.
Disamping katalis, reaksi peledakan juga bisa terjadi jika ada nyala api, seperti nyala dari korek api, dan sebagainya. Nyala api ini dapat menjadi pemicu terbentuknya radikal bebas. Dalam suatu mekanisme reaksi, radikal bebas ini dapat menyebabkan reaksi bercabang yang menghasilkan lebih dari satu radikal. Jika reaksi radikal ini terjadi dalam jumlah yang banyak, maka jumlah radikal bebas dalam suatu reaksi akan meningkat. Akhirnya reaksi akan berlangsung sangat cepat dan akan dibebaskan energi yang sangat besar. Selanjutnya terjadilah ledakan.
Albert Einstein pernah memperkenalkan kepada dunia mengenai hubungan antara energi dengan massa dan kecepatan suatu benda yang dikenal dengan persamaan E = M.C2. Jika kita hubungkan dengan reaksi peledakan diatas, didapatkan suatu kesimpulan bahwa suatu reaksi peledakan akan semakin besar jika massa reaktan (zat yang mengalami reaksi) digunakan dalam jumlah besar dengan adanya kecepatan yang sangat tinggi. Einstein mendefinisikan kecepatan disini adalah kecepatan cahaya yang dikuadratkan. Dari penggunaan tersebut terjadinya ledakan yang dasyat.
Dalam skala laboratorium reaksi peledakan ini pun bisa diuji-cobakan. Dari berbagai literatur, di laboratorium terdapat banyak sekali zat-zat kimia yang jika dicampur dapat menyebabkan terjadinya ledakan. Meski ledakan yang terjadi tergolong kecil, namun secara prinsip hampir sama reaksi ledakan lainnya dalam skala besar. Tinggal kita memperbesar konsentrasinya saja. Selanjutnya agar terjadi ledakan, maka ditambahkanlah katalis atau nyala api untuk mempercepat terjadinya reaksi atau pembentukan radikal bebas. Akibatnya akan membebaskan sejumlah energi yang besar.

Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN)

Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir atau yang lebih dikenal dengan singkatan PLTN, sudah digunakan teknologinya lebih dari 50 tahun yang lalu. Keunggulan PLTN adalah tidak menghasilkan emisi gas CO2 sama sekali. Selain itu PLTN juga mampu menghasilkan daya stabil yang jauh lebih besar jika dibandingkan dengan pembangkit listrik lainnya. Perlu diketahui juga bahwa bahan bakar uranium yang sudah habis dipakai dapat didaur ulang kembali menghasilkan bahan bakar baru untuk teknologi di masa depan.

Indonesia sebenarnya sangat cocok mengembangkan pembangkit listrik ini, sebagai upaya diversifikasi penggunaan pembangkit listrik primer berbahan bakar fosil, seperti batubara, minyak bumi, dan gas alam. Dengan penanggulangan radiasi yang cermat dan berlapis, PLTN dapat menjadi solusi kebutuhan energi listrik yang besar di Indonesia.
Prinsip Kerja PLTN
Prinsip kerja PLTN hampir mirip dengan cara kerja pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) berbahan bakar fosil lainnya. Jika PLTU menggunakan boiler untuk menghasilkan energi panasnya, PLTN menggantinya dengan menggunakan reaktor nuklir.
Seperti terlihat pada gambar 1, PLTU menggunakan bahan bakar batubara, minyak bumi, gas alam dan sebagainya untuk menghasilkan panas dengan cara dibakar, kemudia panas yang dihasilkan digunakan untuk memanaskan air di dalam boiler sehingga menghasilkan uap air, uap air yang didapat digunakan untuk memutar turbin uap, dari sini generator dapat menghasilkan listrik karena ikut berputar seporos dengan turbin uap.
PLTN juga memiliki prinsip kerja yang sama yaitu di dalam reaktor terjadi reaksi fisi bahan bakar uranium sehingga menghasilkan energi panas, kemudian air di dalam reaktor dididihkan, energi kinetik uap air yang didapat digunakan untuk memutar turbin sehingga menghasilkan listrik untuk diteruskan ke jaringan transmisi.