Kekerasan Anak di Sekolah yang
Merajalela
Oleh: Deno Triguna
Universitas Sriwijaya
Sekolah merupakan salah
satu institusi di luar keluarga yang sangat berperan dalam mendidik, melindungi
dan membentuk karakter anak. Pada kenyataannya yang terjadi sekarang dan sering diberitakan di
media massa banyak kasus kekerasan yang terjadi terhadap anak di sekolah. Contohnya
saja kasus yang baru saja diberitakan oleh media massa bahwa seorang guru
dipenjara akibat mencubit dan memukuli siswanya. Pada esai ini dibahas mengenai
faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya kekerasan terhadap anak di sekolah
dan upaya untuk mencegah terjadinya kekerasan di sekolah.
Guru merupakan orang
tua kedua bagi siswa, dimana tugas seorang guru adalah untuk mendidik dan
membimbing siswa agar siswa tersebut dapat menjadi insan yang bermanfaat dimasa
yang akan datang. Tidak lepas dari itu seorang guru memang dituntut untuk
menjadi panutan atau tauladan terhadap
siswanya. Menjadi seorang guru harus memiliki kesabaran yang sangat tinggi agar
tidak terjadi kekerasan terhadap siswanya. Akan tetapi, banyak sekali guru yang
tidak dapat menahan emosinya sehingga dapat menyebabkan terjadinya kekerasan.
Terjadinya kekerasan di sekolah bukan semata-mata hanya dilakukan oleh guru,
tetapi juga dilakukan oleh pihak lain. Amerika Serikat, Pusat Pengendalian dan
Pencegahan Penyakit (CDC) mendefinisikan penganiayaan anak sebagai setiap
tindakan atau serangkaian tindakan wali atau kelalaian oleh orang tua atau
pengasuh lainnya yang dihasilkan dapat membahayakan, atau berpotensi bahaya,
atau memberikan ancaman yang berbahaya kepada anak. Semua tindakan kekerasan
yang terjadi disekolah disebabkan oleh beberapa faktor. Menurut saya, ada empat
faktor yang mengklasifikasikan menyebabkan terjadinya kekerasan di sekolah.
Pertama,
dari seorang guru. Kurangnya pengetahuan dari guru bahwa kekerasan baik fisik
maupun psikis tidak efektif untuk memotivasi
atau merubah prilaku siswa tersebut. Tidak mengherankan lagi bahwa
banyak guru yang kurang paham bagaimana cara mendidik anak dengan baik dan
benar sehingga menurut mereka kekerasan adalah jalan terakhir untuk merubah
prilaku siswanya.
Lalu, persepsi yang
salah dalam menilai siswa. Guru tidak seharusnya berprasangka buruk dengan
siswa, karena seorang guru harus dapat
menerima berbagai macam prilaku yang ada pada siswa. Untuk itu ketika seseorang
telah menjadi guru mereka dituntut untuk dapat menerima berbagai macam sifat
dan prilaku yang terdapat pada siswa dan salah satu tugas guru untuk merubah
sifat atau prilaku yang salah yang terdapat pada anak didiknya.
Selanjutnya, masalah
psikologis yang menyebabkan hambatan dalam mengelola emosi dan adanya tekanan
kerja atau target yang harus dipenuhi oleh guru. Ketika psikologi seseorang
bermasalah maka akan berdampak terhadap pengelolaan emosi seseorang, dan pada
saat dihadapkan oleh sesuatu hal yang kurang baik akan susah untuk mengontrol
emosinya sehingga terjadinya kekerasan. Apalagi ketika seorang guru dihadapkan
oleh tekanan-tekanan dalam pekerjaan atau tuntutan mereka untuk memenuhi target
yang telah ditetapkan, mereka seakan-akan keluar dari jalur sebenarnya menjadi
seorang guru. Karena tekanan tersebut membuat guru susah untuk mengontrol emosi
mereka. Itulah sebabnya menjadi seorang guru harus mempunyai kesabaran yang
ekstra.
Kedua, dari siswa itu sendiri. Salah
satu faktor yang mempengaruhi terjadinya kekerasan adalah dari sikap dan
prilaku siswa tersebut. Contohnya, anak berusaha mencari perhatian dengan
bertingkah yang memancing amarah, agresifitas dan seenaknya. Maksud dari
melakukan hal tersebut dengan tujuan yakni mendapatkan perhatian. Tetapi, pada
saat mereka ditegur atau dinasehati oleh gurunya mereka tidak mendengarkan,
bahkan membuat mereka berprilaku yang lebih agresif lagi. Prilaku tersebut dapat menyebabkan guru
menjadi marah dan melakukan kekerasan terhadap siswa terebut.
Ketiga, dari keluarga siswa. anak yang
dididik dalam pola asuh yang memanjakan anak dengan memenuhi semua keinginan
anak cenderung tumbuh dengan sifat yang arogan dan tidak bisa mengontrol
emosinya. Jadi anak tersebut akan melakukan segara cara untuk memenuhi
tujuannya atau apa yang ia inginkan, walaupun harus dengan kekerasan terhadap
anak yang lain. Karena itu realitanya sekarang, banyak siswa yang menjadi
korban kekerasan akibat dari pembullyan yang dilakukan oleh siswa lainya.
Keempat, dari lingkungan sekolah. Lingkungan
sekolah sangat berpengaruh besar terhadap prilaku siswa yang menyebabkan
terjadinya tindak kekerasan. Seperti halnya yang dilakukan oleh senior terhadap
juniornya di sekolah yaitu kasus pembulyan, dimana kasus tersebut terjadi
secara turun temurun, sehingga sudah menjadi budaya bagi siswa-siswi senior di
sekolah.
Seperti
yang telah dijelaskan diatas, kita tidak bisa hanya menyalahkan guru sebagai
pelaku kekerasan, karena banyak faktor yang menyebabkan tejadinya kekerasan
terhadap anak di sekolah. Lalu bagaimana pandangan kita dalam memberikan solusi
atau upaya kita dalam mencegah terjadinya tindak kekerasan pada anak di
lingkungan sekolah?
Pada esai ini, saya menawarkan solusi atau cara
untuk mencegah terjadinya kekerasan teradap anak di lingkungan sekolah. Beberapa
upaya dapat dilakukan oleh pihak
terkait dalam mencegah dan menanggulangi
kekerasan anak disekolah.
Pertama,
bagi pihak sekolah dapat melakukan upaya-upaya sebagai berikut, (1) menerapkan
pendidikan tanpa kekerasan di sekolah, (2) melakukan sosialisasi tentang
ruginya kekerasan di sekolah, menurut Nasution (2004: 126) menyatakan bahwa
sosialisasi adalah proses belajar yang mana dalam proses sosialisasi individu
belajar tingkah laku, kebiasaan serta pola-pola kebudayaan lainya, juga
keterampilan-keterampilan sosial seperti berbahasa, bergaul, berpakaian, cara
makan dan sebagainya. (3)mengadakan pelatihan terhadap guru-guru tentang cara
mendidik yang baik dan benar, (4)menegakkan kedisiplinan di sekolah, dan
(5)meberikan sanksi yang sesuai jika melanggar peraturan sekolah.
Kedua,
bagi orang tua atau keluarga, dapat melakukan hal-hal sebagai brikut,
(1)menanamkan pendidikan agama pada anak,
(2)jangan terlalu memanjakan dan melepaskan anaknya, (3)orang tua dapat
memberikan masukan kepada anaknya agar memilih sekolah yang baik dan jauh dari
kekerasan, (4)orang tua harus mengetahui perkembangan anaknya di sekolah,
(5)bila anak melakukan kesalahan jangan menghukum anak dengan kekerasan,
hukumlah dengan cara yang mendidik, dan (6)hindari tayangan televisi yang tidak
mendidik, bahkan mengandung unsur kekerasan.
Ketiga,
bagi siswa yang mengalami kekerasan, siswa sebaiknya sharing pada orang tua
atau guru atau orang yang dapat dipercaya mengenai kekerasan yang dialaminya
sehingga siswa tersebut segera mendapatkan pertolongan untuk pemulihan kondisi
fisik dan psikisnya.
Ole
karena itu, sangat penting bagi semua pihak yang terkait, baik guru, orang tua
dan siswa untuk mengetahui dan memahami bahwa kekerasan bukanlah solusi yang
tepat, namun semakin menimbulkan banyak masalah. Semoga pembahasan ini bermanfaat dan dapat mengurangi terjadinya
kekerasan pada anak di sekolah. Perlu diingat, bahwa untuk megatasi masalah ini
dibutuhkan kerjasama yang baik dari semua pihak yang bersangkutan.